"Ibu! Lihat! Aku bawa boneka untuk Risa!"
Ibu tersenyum kemudian berkata, “Lucu sekali. Mudah-mudahan Risa suka. Ibu antar ke kamarnya sekarang?”
Bayu mengangguk senang, selalu seperti itu. Apa dia tidak lelah? Aku saja sudah lelah melihatnya terus membawakan boneka. Mungkinkah ada sedikit rasa menyesal bersarang di kepalanya?
Bayu, mantan pacar Risa sejak setahun yang lalu. Dia masih tetap Bayu yang sama, yang telah mencuri hatiku sejak SMA dan hati Risa yang kini linglung tak mau ingat apa-apa.
"Rana, aku putus dengan Risa," kata Bayu yang sedikit mengagetkanku.
Aku diam sejenak memandangi meja makan di sebuah cafe yang sering Bayu dan Risa kunjungi. Sejak tiga bulan ini kami memang sering bertemu membicarakan berbagai hal terutama tentang pekerjaan. Bayu menjadi rekan bisnisku, tak ada yang salah jika kita sering bertemu.
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan Risa?" tanyaku kemudian.
"Dia tak pernah salah, hanya saja aku mulai menyadari satu hal, aku tak lagi mencintainya,"
Hatiku berdesir, mungkinkah Bayu menyadarinya? Menyadari cintaku yang selalu ada untuknya? Apa dia tak sadar, yang menerima pernyataan cintanya itu aku, bukan Risa kembaranku.
"Aku sadar, kini aku mulai mencintai ..."
"Bayu?" Ucap Risa memotong perkataan Bayu dan jelas saja itu sangat mengagetkanku.
"Rana, kamu..."
"Risa, aku mohon jangan berfikir macam-macam. Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan," jelasku
Risa berlari dengan air mata dipipi. Aku juga merasakan sakit yang sama. Aku dan Bayu mengejarnya ke luar cafe. Beberapa orang berkerumunan di pinggir jalan. Risa, tergeletak tak berdaya dengan darah yang keluar dari kepalanya.
Bayu, mantan pacar Risa sejak setahun yang lalu. Dia masih tetap Bayu yang sama, yang telah mencuri hatiku sejak SMA dan hati Risa yang kini linglung tak mau ingat apa-apa.
"Rana, aku putus dengan Risa," kata Bayu yang sedikit mengagetkanku.
Aku diam sejenak memandangi meja makan di sebuah cafe yang sering Bayu dan Risa kunjungi. Sejak tiga bulan ini kami memang sering bertemu membicarakan berbagai hal terutama tentang pekerjaan. Bayu menjadi rekan bisnisku, tak ada yang salah jika kita sering bertemu.
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan Risa?" tanyaku kemudian.
"Dia tak pernah salah, hanya saja aku mulai menyadari satu hal, aku tak lagi mencintainya,"
Hatiku berdesir, mungkinkah Bayu menyadarinya? Menyadari cintaku yang selalu ada untuknya? Apa dia tak sadar, yang menerima pernyataan cintanya itu aku, bukan Risa kembaranku.
"Aku sadar, kini aku mulai mencintai ..."
"Bayu?" Ucap Risa memotong perkataan Bayu dan jelas saja itu sangat mengagetkanku.
"Rana, kamu..."
"Risa, aku mohon jangan berfikir macam-macam. Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan," jelasku
Risa berlari dengan air mata dipipi. Aku juga merasakan sakit yang sama. Aku dan Bayu mengejarnya ke luar cafe. Beberapa orang berkerumunan di pinggir jalan. Risa, tergeletak tak berdaya dengan darah yang keluar dari kepalanya.
"Rana? Sudahkah ada perkembangan tentang kondisi Risa?" tanya bayu
Aku tersentak dari lamunan di masa lalu.
"Buat apa kamu menanyakannya? Aku tak tahan dengan kondisi Risa yang seperti itu. Dia sehat, tapi pikirannya entah kemana. Apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian? Apakah risa tahu bahwa kamu memang tak lagi mencintainya?"
"Maafkan aku Rana, aku tak bermaksud menyakiti hati Risa. Bukankah cinta memang harus dinyatakan? Risa sudah tahu, aku tak lagi mencintainya. Dia juga tahu siapa yang aku cintai,"
"Risa tahu? Ya Tuhan.... Aku tak mau seperti ini Bayu. Aku tak bisa mencintaimu jika harus mengorbankan Risa saudaraku. Aku tidak bisa bahagia diatas penderitaannya,"
"Rana, dengarkan aku!"
"Sudahlah, cukup. Semuanya sudah cukup."
"Rana, ini bukan karena aku mencintaimu, tapi...."
"Tapi apa? Kamu sangat mencintaiku? Kita bukan lagi ABG yang berkutat dengan cinta-cintaan,"
"Rana dengar! Justru ini karena kita bukan lagi ABG, tapi karena aku sadar, bersama seseorang yang ku cintai akan membuatku lebih dewasa,"
"Persetan dengan semua itu,"
"Aku memang harus menjelaskan ini padamu. Risa sudah tahu, kamu juga harus tahu,"
"Baiklah,"
"Rana, aku meninggalkan Risa bukan karena aku mencintaimu, tapi karena aku mencintai ibumu. Aku ingin jadi ayahmu,"
Aku #Rana nelen boneka.
Monday FlashFiction
438 Kata
Nglantur tenan nih cerita :uhuk
14 comments
Ya allohhhh itu udah keren cerita atas nya.
jadi bubar gara-gara nelen boneka kwkwkwk
aiiihh, kok bisa sih cinta sama ibunya?? hehehe...
hahaha... serius deh gak nyangka sama akhirnya ^^
endingnya menusuk bangeet ya mba ^^ ko bisaaaa
lempar boneka yg banyak biar segera di telen Jiah,,,,ciyaaaaaatttt !!!!
Oalah kok malah naksir emboke haha
#mlongo...ngga ngerti sama sekali kenapa diujungnya jadi nelen boneka, emang ada gituh boneka yang bisa ditelen?
Kok gitu endingnya ? Toeng toeng
gubraakk!!!
mantap pacar yang akan segera menjadi ayah nya --"
Ayahku, Mantan Pacarku.
cocok buat judul sinetron :3
wkwkwkwkwk... sadis... kayak tetanggaku itu jadinya, qiqiqiqi...
---
"Risa, maafkan aku, aku tak mencintai Rana, tapi mencintai Rina, Arina" :))
Bener ngelantur endingnya..... Dongkol tuh, tapi masak ampe nelen boneka... haha... :D
hehehe kok masih belum muncul beritanya mbak di TV tentang kasus orang nelen boneka gara-gara kaget
hehehe kok masih belum muncul beritanya mbak di TV tentang kasus orang nelen boneka gara-gara kaget
hehehe.. keren bgt ceritanya :D
cuma saya bingung, itu cerita komedi atau cerita cinta yah ? :D