Kamu kok nikah sih? Emang sudah bisa masak enak? Terakhir masak denganku saja rasanya masih kacau. Sekarang kamu sudah rajin bersolek? Dulu kan kamu males setengah mati untuk bedakan. Emang ngajimu sudah hatam? Sudah tahu adab di dalam pernikahan? Buku apa yang kamu baca? Bukuku tentang panduan untuk suami istri saja baru beberapa halaman yang kubaca. Kok kamu duluin aku sih?
Aduh Sob, maafin aku yah. Sudah nulis bagian ngaco diatas. Jujur setelah nerima SMS tentang kabar pernikahanmu aku jadi banyak mikir. Kemarin baru saja aku ijin pulang, sedangkan hari H mu bukan hari libur. Lalu, bisakah aku hadir di pernikahanmu? Walau bagaimana pun kamu itu salah satu sahabat terbaikku. What should i do?
Ingat pertama kali kita bertemu? Ah tentu saja aku lupa, maafkan. Dulu aku pikir kamu sama Rika itu kembar, habis muka kalian mirip banget. Sampai akhirnya aku tahu bahwa Rika itu keponakanmu. Aku hanya berfikir, kok bisa tante sama keponakan seusia? Hah hari gini, apa sih yang ngga bisa? Mungkin kita lebih intens bertemu saat ECC - English Conversation Club - salah satu ekskul baru di MAN. yah, aku dan kamu bertemu disana.
Asal kamu tahu ya Sob, Bu Umaroh pernah ngirain aku itu kamu. Emang muka kita mirip yah? Aku rasa iya sih. Kalau kamu pengen tahu kejadian itu. Hem, posisiku di kantor guru sedang ngafalin sejarah manusia purba pas kelas X. Itu lho yang Pitecantropus erectus dan kawanannya. Aneh juga, but whatever lah.
Tiga tahun kita ngga pernah satu kelas. Kok akhirnya kita bisa jadi sahabat ya? Kalau saja aku masuk kelas Bahasa, apa kamu ngga mau masuk kelas IPA? Takut saingan denganku? Ampunnn. Tapi aku ingat betul, dulu kamu penasaran denganku kan? Ingat ngga kamu pernah bilang itu? Iya, kamu penasaran dengan seseorang yang namanya terpampang di papan pengumuman sekolah. Mungkin aku salah satu murid yang kena garis merah.
Kita berbeda, tapi kita sama. meskipun diending MAN aku tertinggal jauh. Kamu ranking 1 di progam kelas Bahasa. Aku? Apa kamu lihat aku sepenggung denganmu? Tentu saja ngga. Ranking hanya sebuah penjara. Bukankah aku terus buta dengan keadaannya? Diending, aku belajar bahwa ranking bukanlah segalanya. Yang penting adalah bagaimana kita mengaplikasikan semua pelajaran dikehidupan nyata.
Hei, kita lulus kan? Iya. Selanjutnya persahabatan itu muncul. Kita yang senasib karena sama-sama belum melanjutkan kuliyah. Intensitas SMS mau pun telfon menjadikan kita semakin dekat. Aku fikir, kamu adalah satu-satunya orang yang ngga pernah marah padaku atau sebaliknya. Ngga ada rasa iri yang muncul ketika salah satu diantara kita mendapat sesuatu yang baru. Kamu, satu-satunya teman diskusi yang sepadan dengan fikiranku. Tak pernah ngotot untuk memperdebatkan perbedaan. Justru perbedaan itulah yang menjadikan kita saling mengerti satu sama lain.
Ah, kamu! Harus bagaimana lagi aku mengingat tentangmu?
Sob, aku ingin menangis. Bukan menangis sedih tapi menangis bahagia. Satu tahun terakhir ini kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Aku pindah kerja, jarang main ke rumahmu. SMS pun satu dua kali karena pada malam hari kita terlalu letih untuk bercerita. Lebaran kemarin saja aku gagal bertemu dengamu. Lalu SMS pernikahanmu datang mengagetkanku. Itu kejam Sob. Harusnya aku ikut menjadi seseorang yang mendapat cerita ketika kamu memilih pria itu. Lalu kemana saja aku?
Kita sering berdiskusi tentang arti sebuah pernikahan. Kita sering berbagi tentang siapa laki-laki yang menjadi sejarah kecil dalam kehidupan kita. Ah pernikahan itu, cepat sekali kamu menemukan pemilik tulang rusukmu? Bagaimana denganku? Dia masih menyembunyikan jati dirinya. Mungkin dia akan datang menjadi seseorang yang membantu perealisasian 'Taman Bacaku' nanti. Semoga saja.
Selamat jalan untuk menempuh hari baru sahabatku. Hari baru dengan kekasih halalmu. Maaf aku ngga bisa ngasih apa-apa untukmu. Bagaimana pun kita harus berterimakasih kepada Ibu Sofiyah dan Roudhotul Muta'allimin. Bukankah kita juga lebih dekat karena keberadaannya? Aku turut berbahagia untukmu, sahabatku. Happy to marry, my bestfriend.
Asal kamu tahu ya Sob, Bu Umaroh pernah ngirain aku itu kamu. Emang muka kita mirip yah? Aku rasa iya sih. Kalau kamu pengen tahu kejadian itu. Hem, posisiku di kantor guru sedang ngafalin sejarah manusia purba pas kelas X. Itu lho yang Pitecantropus erectus dan kawanannya. Aneh juga, but whatever lah.
Tiga tahun kita ngga pernah satu kelas. Kok akhirnya kita bisa jadi sahabat ya? Kalau saja aku masuk kelas Bahasa, apa kamu ngga mau masuk kelas IPA? Takut saingan denganku? Ampunnn. Tapi aku ingat betul, dulu kamu penasaran denganku kan? Ingat ngga kamu pernah bilang itu? Iya, kamu penasaran dengan seseorang yang namanya terpampang di papan pengumuman sekolah. Mungkin aku salah satu murid yang kena garis merah.
Kita berbeda, tapi kita sama. meskipun diending MAN aku tertinggal jauh. Kamu ranking 1 di progam kelas Bahasa. Aku? Apa kamu lihat aku sepenggung denganmu? Tentu saja ngga. Ranking hanya sebuah penjara. Bukankah aku terus buta dengan keadaannya? Diending, aku belajar bahwa ranking bukanlah segalanya. Yang penting adalah bagaimana kita mengaplikasikan semua pelajaran dikehidupan nyata.
Hei, kita lulus kan? Iya. Selanjutnya persahabatan itu muncul. Kita yang senasib karena sama-sama belum melanjutkan kuliyah. Intensitas SMS mau pun telfon menjadikan kita semakin dekat. Aku fikir, kamu adalah satu-satunya orang yang ngga pernah marah padaku atau sebaliknya. Ngga ada rasa iri yang muncul ketika salah satu diantara kita mendapat sesuatu yang baru. Kamu, satu-satunya teman diskusi yang sepadan dengan fikiranku. Tak pernah ngotot untuk memperdebatkan perbedaan. Justru perbedaan itulah yang menjadikan kita saling mengerti satu sama lain.
Ah, kamu! Harus bagaimana lagi aku mengingat tentangmu?
Sob, aku ingin menangis. Bukan menangis sedih tapi menangis bahagia. Satu tahun terakhir ini kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Aku pindah kerja, jarang main ke rumahmu. SMS pun satu dua kali karena pada malam hari kita terlalu letih untuk bercerita. Lebaran kemarin saja aku gagal bertemu dengamu. Lalu SMS pernikahanmu datang mengagetkanku. Itu kejam Sob. Harusnya aku ikut menjadi seseorang yang mendapat cerita ketika kamu memilih pria itu. Lalu kemana saja aku?
Kita sering berdiskusi tentang arti sebuah pernikahan. Kita sering berbagi tentang siapa laki-laki yang menjadi sejarah kecil dalam kehidupan kita. Ah pernikahan itu, cepat sekali kamu menemukan pemilik tulang rusukmu? Bagaimana denganku? Dia masih menyembunyikan jati dirinya. Mungkin dia akan datang menjadi seseorang yang membantu perealisasian 'Taman Bacaku' nanti. Semoga saja.
Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan Illahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini
*Edcoustic - Sebiru Hari Ini
Selamat jalan untuk menempuh hari baru sahabatku. Hari baru dengan kekasih halalmu. Maaf aku ngga bisa ngasih apa-apa untukmu. Bagaimana pun kita harus berterimakasih kepada Ibu Sofiyah dan Roudhotul Muta'allimin. Bukankah kita juga lebih dekat karena keberadaannya? Aku turut berbahagia untukmu, sahabatku. Happy to marry, my bestfriend.
Gambar editan sendiri dari
ini & ini
Source |
“Tulisan ini diikut sertakan dalam GA 'Siapa Sahabatmu?'”
4 comments
Happy to marry juga buat best fren nya yaa :D
wah, saya sangat suka dengan kata-kata bijak yang terakhir memang benar seperti itu adanya...
btw, saya dah follow gan follback yah...makasih...
Happy wedding yah temannya jiah... semoga jiyah segera menyusul :-)
wah aku kok gak di undang ya... hohoho