Source |
Srikandi Modern dan Senjatanya itu seperti aku? Mungkin iya :smile . Dibilang modern banget ngga juga ya, tapi aku berusaha untuk menjadi Srikandi yang berarti. Entah senjata apa yang akan kugunakan, yang jelas bukan panah karena aku ngga punya :uhuk .
Aku sadar, menjadi sosok Srikandi bukan hal yang mudah. Sebagai Srikandi modern, ngga lucukan kalau setiap kita pergi selalu menenteng busur dan panah? Bisa-bisa dibilang freak, atau yang lebih parah malah dikira pencuri ‘Gaman’ di musium :uhuk .
Aku setuju dengan tulisan Mbak Evi yang mengatakan bahwa senjata busur dan panah Srikandi melambangkan kegagahan dalam gemulai kefeminiman. Saat melepaskan anak panah, Srikandi terlihat gagah tapi tetap ayu gemulai. Sosok perempuan kuat yang patut diacungi jempol. Sejago-jagonya kita memanah, bukankah yang kita gunakan adalah ilmu perkiraan? Kita ngga tahu pasti apakah anak panah yang kita lepaskan tepat mengenai sasaran atau ngga. Yang jelas, saat anak panah kita menancap, disitulah takdir kita. Kita memanah sama saja kita memutuskan satu langkah besar.
Takdir besar? Tentu saja. Setiap apa yang kita panah, kita harus bertanggung jawab di dalamnya. Bagaimana jika panah itu melesat ke jantung sang Arjuna? Bisa saja kan sang Arjuna meminta kita menjadi istrinya? Nah lho, kamu mau ngomong apa coba? Nah, maka dari itu kita butuh yang namanya kebijaksanaan dalam menggunakan senjata Srikandi.
Sebenarnya sih, kebijaksanaan bukan hanya digunakan pada senjata, tapi apa pun yang kita miliki selayakna digunakan dengan bijaksana. Seperti ilmu, jika kita pergunakan dengan baik dan bijak, maka manfaat yang kita dapat dan meminimkan madhorotnya.
Sebagai seorang wanita, aku sendiri memang ngga punya senjata ampuh seperti keris atau pistol. Aku hanya punya rasa malu pada Tuhanku dan pada orang lain. Rasa maluku menjadi senjata yang paling ampuh untuk tetap di jalan-Nya. Malu pun harus digunakan secara bijak. Ada kalanya kita dituntut untuk menjadi seseorang yang ngga malu-maluin dengan menampilkan pribadi yang baik. Bukan berarti dalam keadaan terjepit dan tertekan kita harus malu. Pergunakan apa pun yang kita miliki untuk melindungi diri dari mara bahaya.
Senjata yang lain, hem sebagai perempuan aku juga belajar bela diri. Yah yang simple aja sih ngga sampai sabuk hitam :uhuk . Kalau saranku, biar pun kalian para perempuan ngga bisa bela diri mending bawa kapak :uhuk . Ngga ding, bawa benda yang simple aja misalnya obeng, gergaji, cangkul #eh :wek . Kalian bisa bawa cutter, gunting kecil atau alat pemotong kuku. Itu semua benda kecil nan tajam yang ada di dalam tasku. Kalian mau ikutan juga? Sok monggo :smile . Percaya deh, untuk jadi Srikandi ngga perlu bawa senjata busur panah. Tapi ya itu, jangan lupa jaga rasa malumu ya :hepi .
Aku sadar, menjadi sosok Srikandi bukan hal yang mudah. Sebagai Srikandi modern, ngga lucukan kalau setiap kita pergi selalu menenteng busur dan panah? Bisa-bisa dibilang freak, atau yang lebih parah malah dikira pencuri ‘Gaman’ di musium :uhuk .
Aku setuju dengan tulisan Mbak Evi yang mengatakan bahwa senjata busur dan panah Srikandi melambangkan kegagahan dalam gemulai kefeminiman. Saat melepaskan anak panah, Srikandi terlihat gagah tapi tetap ayu gemulai. Sosok perempuan kuat yang patut diacungi jempol. Sejago-jagonya kita memanah, bukankah yang kita gunakan adalah ilmu perkiraan? Kita ngga tahu pasti apakah anak panah yang kita lepaskan tepat mengenai sasaran atau ngga. Yang jelas, saat anak panah kita menancap, disitulah takdir kita. Kita memanah sama saja kita memutuskan satu langkah besar.
Takdir besar? Tentu saja. Setiap apa yang kita panah, kita harus bertanggung jawab di dalamnya. Bagaimana jika panah itu melesat ke jantung sang Arjuna? Bisa saja kan sang Arjuna meminta kita menjadi istrinya? Nah lho, kamu mau ngomong apa coba? Nah, maka dari itu kita butuh yang namanya kebijaksanaan dalam menggunakan senjata Srikandi.
Sebenarnya sih, kebijaksanaan bukan hanya digunakan pada senjata, tapi apa pun yang kita miliki selayakna digunakan dengan bijaksana. Seperti ilmu, jika kita pergunakan dengan baik dan bijak, maka manfaat yang kita dapat dan meminimkan madhorotnya.
Sebagai seorang wanita, aku sendiri memang ngga punya senjata ampuh seperti keris atau pistol. Aku hanya punya rasa malu pada Tuhanku dan pada orang lain. Rasa maluku menjadi senjata yang paling ampuh untuk tetap di jalan-Nya. Malu pun harus digunakan secara bijak. Ada kalanya kita dituntut untuk menjadi seseorang yang ngga malu-maluin dengan menampilkan pribadi yang baik. Bukan berarti dalam keadaan terjepit dan tertekan kita harus malu. Pergunakan apa pun yang kita miliki untuk melindungi diri dari mara bahaya.
Senjata yang lain, hem sebagai perempuan aku juga belajar bela diri. Yah yang simple aja sih ngga sampai sabuk hitam :uhuk . Kalau saranku, biar pun kalian para perempuan ngga bisa bela diri mending bawa kapak :uhuk . Ngga ding, bawa benda yang simple aja misalnya obeng, gergaji, cangkul #eh :wek . Kalian bisa bawa cutter, gunting kecil atau alat pemotong kuku. Itu semua benda kecil nan tajam yang ada di dalam tasku. Kalian mau ikutan juga? Sok monggo :smile . Percaya deh, untuk jadi Srikandi ngga perlu bawa senjata busur panah. Tapi ya itu, jangan lupa jaga rasa malumu ya :hepi .
10 comments
ngontes terus........................
Belajar ilmu beladiri ya Mbak Jiah..Wow salut..salut..Yah jadi Srikandi moderen itu enaknya emang begitu ya..Mau belajar apa saja gak ada yang larang.
Makasih ya Mbak. Tercatat ;)
Bila busur anak panah telah terlepas dalam sebuah genggaman tangan , maka segala resiko dengan jiwa besarpun akan selalu siap menoreh di setiap keputusan.
Sukses untuk kontesnya.
Salam wisata,
hajar terus pokoknya ampe jadi srikandi sejati :D
aku gak bisa bela diri Jiah :)
wah. blog nya bagus sekali sobat, keren.
Terimakasih Sudah Berbagi !!
Salam kenal sobat, kunjungan perdana Follow sukses, Mampir ke blogku yaa !! Thank You...
salah satu senjata perempuan itu ilmu memasak :D
Sukses ya buat GA nya :)
jiaaah, karate atau taekwondo?
berjingkat pelan-pelan saat mengintip artikel peserta yang satu ini.. #takut dikungfu hehehe
terima kasih sudah turu menyemarakkan GA mbak Evi.. sudah tercatat sebagai peserta ya