Semua mata melihat ke arah Mimin. Meski sudah biasa, tetap saja
mereka merasakan sesuatu yang berbeda terhadapnya. Bajunya yang kumal dan galon
yang selalu melekat dipunggungnya. Mimin enggan melepaskan galon itu. Pernah
suatu hari seseorang bertanya kenapa Mimin tidak mau melepaskan galon itu.
Mimin hanya menjawab dengan senyuman. Baginya galon itu seperti oksigen. Mimin
tak bisa hidup tanpanya.
Hujan lebat, aku melihat Mimin berlari ke lapangan masjid. Dia
tertawa riang seperti menemukan sesuatu padahal suara guntur menggelegar
memekakkan telinga.
“Mimin! berteduh, Min! nanti sakit!” teriakku.
“Tak mau! aku sedang menyambut kekasihku.”
Mimin menadahkan galon miliknya ke pancuran aliran air hujan.
Diikutsertakan dalam #FF100Kata
2 comments
Ah ini ff paling romantis yg pernah kautulis nak... Aku menyeka air mata... Dadaku sesak oleh cinta...
ah kembali membaca ff ini dan masih merasa ff ini romantis... #menyekaAirMata