"Ojek!" panggilku pada anak kecil yang menjajakan payungnya.
Dia berhenti di tengah jalan sementara hujan semakin deras. Aku sedikit kesal, apa yang dia fikirkan? Kenapa dia tidak menghampiriku? Kuhampiri dirinya seraya menerjang hujan yang kian deras.
Aku memegang payungnya bertepatan dengan seorang perempuan yang datang dari arah yang berbeda denganku. Sejenak kami bertatapan kemudian tersenyum memaklumi.
"Yang ngasih bayaran gedhe, dia yang boleh ngojek!" celetuk si anak ojek payung.
Kuraba saku celanaku. Lembaran Ngurah Rai satu-satunya kuserahkan pada anak itu sebelum perempuan di depanku mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Ke arah mana? Kita bisa jalan satu payung berdua."
Dia tersenyum dan menunjuk arah yang sama denganku. Tuhan Maha Baik.
Kami berjalan beriringan, satu payung di tengah deras hujan. Si anak ojek payung mengekor di belakang kami dengan jas hujannya, aku tak peduli. Yang terpenting adalah rasa yang tiba-tiba merayap di relung hati. Ini pertama kalinya dan rasanya luar biasa. Aku meliriknya, dia menunduk pipinya bersemu merah. Dalam kesunyian kami seolah bicara dengan bahasa yang tak jelas definisinya. Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Bagaimana bisa hanya dengan diam, perempuan di sampingku ini mampu meluluhkan hatiku?
Credit |
Di ujung jalan dia menghentikan langkah, aku mengikutinya.
"Terimakasih." ucap perempuan itu.
Aku menatapnya. Mata coklatnya, suaranya membuatku gila.
"Terimakasih atas tumpangan payungnya. Rumahku di situ, mari mampir. Suamiku pasti senang bisa berkenalan denganmu."
10 comments
Lalu intinya..?
Saya kok gag faham maksudnya ya? :(
Kasian,baru mau suka eh udh ada yg punya:)
hahahahaha langsung bunuh diri di pohon tomat
muehihihi, suamiku pasti senang kalau kamu datang. kebetulan, dia sudah lama ga makan sate perjaka... :3
Hehehe, kisah yang menarik,, bikin penasaran, gimana reaksinya :)
tika follow yah :)
asem ik. lagi mau naksir ternyata...
aku sama sekali nggak ngerti maksud cerita ini. semula cerita berjalan dari sudut pandang si cewek yang manggil ojek payung, tiba-tiba berubah jadi POV si ojek payung.
hmm, setelah dibaca ulang, baru sadar saya, ternyata pov-nya nggak berubah, dari pikiran tokoh cowok. Setelah dapat 'pencerahan' baru ngeh. Heheh. Maaf, Jiah. :)
sukaaa....hal sederhana tapi manis :-)
jiah makin kerennnnnn