Bismillaahirrahmaanirrahiim....
“Ojo garang tangan. Mengko nak nandur gak urip!”
Itu adalah petuah Mbah ketika
saya mengahangatkan tangan di dekat api. Apa betul gara-gara ini, apa yang saya
tanam mati? Kalian pernah juga mengalami ini?
Sekitar dua bulan yang lalu saat
saya dolan ke rumah Mbak Susindra, sebelum pulang saya dipamerin Kembang Brojol. Tenarnya Amarilis.
Katanya bunga itu dipungut dari jalan. Karena jenisnya bawang-bawangan dan
mungkin sangat suka dengan keluarga Mbak Susi, bunga itu pun hidup.
Saya nggak mau kalah pamer dong! Saya
bilang dulu waktu SD juga suka bertanam. Banyak bunga, dari yang betulan bunga
sampai bunga jalan atau bunga yang diambil dari sawah. Sayangnya, ketika saya
akhirnya pergi dari rumah, bunga itu tak ada yang merawat. Endingnya hampir
semua dibabat oleh si Mbah. Pengen nangis, tapi nangis aja tuh bunga nggak bisa
balik. Bertahun-tahun, hanya bunga Melati yang hidup sampai sekarang.
Setelah pulang dari rumah Mbak
Susi, akhirnya saya buat challenge
untuk diri saya sendiri. Saya mau membuktikan bahwa tak ada hubungannya garang tangan dengan tanaman yang mati. Banyak
orang menyalahkan tangan. Padahal, tangan itu penuh keberkahan dan soal tanaman
yang mati, mungkin kita yang salah dalam menanam.
Mulai tanggal 28 November 2015,
saya mengadopsi beberapa tanaman. Bunga Amarilis yang saya ambil dari belakang
rumah dan beberapa tanaman seperti Bunga Cakar Ayam, Gingseng, Rumput Jepang
saya adopsi dari taman saudara sepupu. Saya mengambil Bawang-bawangan dari
samping Konter. Beberapa waktu kemudian saya juga minta tanaman Stroberi,
tomat, bumbu dapur seperti Cabe, kunyit, kencur dari rumah Bu Dhe.
Hari ini, tepat satu bulan saya
mulai bercocok tanam kembali. Seneng banget ternyata mereka bisa hidup dengan
baik. Rata-rata semua hidup, tapi ada juga yang mati seperti pohon Belimbing Wuluh
yang tiba-tiba mengering.
Kenapa saya bilang adopsi?
Semua yang saya taman merupakan
milik orang lain. Saya memintanya. Itu artinya saya mengadopsi dan wajib merawat
mereka. Sehari sekali saya siram. Saat musim hujan seperti ini, terus terang
saya memang jarang nyiram mereka. Untuk menanam sendiri, biasanya saya ambil
waktu pagi atau sore hari. Menyiram juga, pagi atau sore.
Saya tahu, saya ini bukan ahli
dibidang tanam-tanaman. Saya juga masih kalah dengan tetangga yang punya
tanaman bunga bahkan sayuran sendiri. Tapi, saya akan tetap berusaha menambah
tanaman adopsi lainnya. Lumayan kalau punya pohon Cabe banyak, berbuah, bisa
bikin sambal terasi yang banyak tanpa mikir betapa mahalnya harga dipasaran.
Allah itu memberi banyak
keberkahan lewat tangan. Jangan salahkan tangan atau apa pun saat apa yang kita
inginkan tidak tercapai. Bisa jadi apa yang kita lakukan kurang benar sehingga
Allah belum meridhoi. Bisa jadi juga kita diminta untuk bersabar dan lebih giat
dalam berusaha. Menghijaukan sekeliling kita artinya ikut menghijaukan bumi
juga. Selamat bercocok tanam!!!
7 comments
salahkan diri sendiri aja ya :)
Benar banget Mbak, jangan salahkan tangan si penanam :)
kalo tumbuhannya mati, mungkin kurang dirawat dan diberi perhatian :)
ayo menanam untuk menghijaukan bumi kita :)
kamu telaten banget jiahh salut deh
Gak heran background blog ini tanaman hijau, yg punya suka tanaman ternyata. Telatan pula :)
Saya sih lebih setuju ke pribadinya masing-masing (saat merawat apa yang ditanam).
Kereeenn... Urip kabeh.
Kapan2 aku mampir & adopsi bunga darimu juga. Hahahaha
Pepatah si mbah bikin inget masa kecil. Eh, tapi sekarang aku jadi sering ngomelin bocah2 kaya gitu nih, mba Jiah. Sebel aja kalau pada main api pas ada bakaran sampah