Jika kamu ingin jualan, apa pilihan usaha makanan versimu?
Tak terasa sudah lebih dari 8 bulan kita menghadapi pandemi Korona. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan hingga akhirnya memilih untuk membuka usaha termasuk menjual makanan. Beberapa bulan lalu Adik saya juga memulainya dengan menjual Sempolan Seribuan.
Sekitar pertengahan tahun ini, Sempolan sempat hits. Awalnya ada sepupu yang bercerita bahwa dia menjualkan Sempolan selama tidak masuk sekolah karena pandemi. Uang bayaran yang didapat lumayan bahkan bisa membeli baju lebaran sendiri. Saya pikir adik terinspirasi itu. Meski ada pekerjaan serabutan, dia mau memanfaatkan peluang.
Tiba-tiba dia beres-beres meja yang dulu dibuat jualan sosis goreng. Setelahnya buka lapak dong dan jujur bikin saya kaget. Jualannya Sempolan Seribuan. Selain itu ada tambahan sosis goreng. Ramai? Ya, lumayan ada anak-anak sekitar rumah yang beli.
Sempolan Seribuan itu terbuat dari ayam giling, tapioka, terigu, sayur, telur dan bumbu lain seperti bawang-bawangan, garam, gula dan merica. Enak? Ya lumayan untuk ukuran makanan harga seribuan. Hari pertama dan kedua masih oke. Tiba hari ketiga, mulai dramanya di mana Adik minta saya buat ngadon.
Saya memang agak suka masak, tapi bukan yang rajin. Diminta ngadon? Ya jelas saya tolak. Itu pekerjaan pakai kekuatan tangan, saya enggak kuat. Lalu Adik nego agar saya yang nyiapin bahannya dan dia yang ngadon. Awalnya masih oke sampai Orangtua saya bilang agar nanti saya yang meneruskan usaha tersebut. Hadeh!
Saya suka makan, masak kalau mau. Namun untuk membuka usaha makanan, jujur saya masih berpikir seribu kali. Ada banyak alasan mendasar kenapa saya agak enggan melakukannya. Pertama, masakan saya memang enak dimakan, tapi bukan berarti layak jual. Ada yang bilang untuk coba saja dulu seperti Adik, tapi berakhir gagal. Dalam seminggu saja resepnya ganti-ganti, belum pasti mana yang oke. Jadi rasanya tidak pernah sama.
Kedua, jual makanan itu jika mau bertahan harus ada inovasi. Nah Adik saya jualnya sama seperti pedagang lain, paling bedanya sedikit dan itu tidak terlalu membantu. Yang bagus itu lokasi jualan yang di dekat jalan raya.
Bagaimana dengan penjualan Online?
Dua Keponakan yang didapuk buat jualan |
Adik melakukannya juga bahkan dengan pengiriman. Lumayan ada beberapa pembeli yang berasal dari Desa lain. Lalu, masalah apa selanjutnya?
Manajemen keuangan yang buruk. Adik saya itu tidak membuat perhitungan yang jelas antara uang pribadi dan hasil jualan. Saya tanya apakah sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan, untung atau tidak? Dia jawab untung, tapi tidak jelas berapanya. Sebenarnya saya bisa saja bantu menghitung dan mungkin hasilnya tak akan memuaskan hatinya.
Ketika mengobrol dengan Mbak tentang Adik yang jualan, sebenarnya saya sudah memprediksi bahwa usahanya itu hangat-hangat tai ayam. Di awal antusias, kemudian berlalu begitu saja karena bosan. Memang terdengar jahat, tapi saya hanya berpikir logis dan berkaca dari kegagalan usaha Ibu saya di masa lalu yang didaulat Adik sebagai guru.
Ini hanya cerita tentang kurang berhasilnya Adik saya yang buka Usaha Makanan Sempolan Seribuan. Saya berharap Adik tidak kapok, tapi harus belajar hal-hal dasar untuk membuka usaha makanan seperti resep, inovasi, dan manajemen keuangan.
Memanfaatkan tren makanan yang digemari saat ini memang penting. Namun jangan lupa untuk mencintai apa yang kita kerjakan, lakukan sepenuh hati karena usaha rintisan di awal itu tak pernah mudah. Jika kamu sudah yakin untuk membuka usaha, jangan menyerahkan ya! Sampai jumpa. Happy blogging!
No comments