Jam kantor telah usai.
Sandra terdiam menunggu Malik ke luar dari ruang Dirut. Sandra terlalu sering
berselisih paham dengan Malik. Tapi kali ini, sepertinya Sandra akan terbunuh
secara perlahan. Sandra duduk di kubikelnya. Masih terngiang ancaman Malik tadi. Sandra meremas tangannya, perutnya terasa tegang.
“Rio, manager kita itu
sahabatku. Dia telah dijodohkan dengan puteri Dirut kita. Jangan coba-coba
menggoda Rio. Aku akan membunuhmu kalau sampai perjodohan itu gagal!!!”
Kata-kata Malik terus
saja terngiang di telinga Sandra. Malik orang kepercayaan Dirut dalam banyak
hal termasuk urusan percintaan puterinya. Sifat Malik yang terlalu setia itu,
kadang membuat Sandra sebal. Sandra mengutuk dirinya sendiri yang ceroboh.
Harusnya setelah meeting dengan klien
waktu itu, Sandra menolak ajakan Rio untuk makan malam. Rio begitu baik dan
Sandra menyukainya.
Sandra tidak mau usaha
yang dilakukan selama ini gagal begitu saja. Sandra memulai semuanya dari nol,
dari titik terbawah untuk membuktikan bahwa dia bisa mandiri walaupun tanpa
kerja keras dia sudah pasti mendapatkan posisi lebih dari posisinya sekarang.
Sandra bisa memastikan
rencana perjodohan itu jelas akan gagal karena dirinya. Ketika rasa itu muncul
dan jatuhnya pada orang lain, siapa juga yang kuasa melarangnya?
Malik baru saja keluar
dari ruang Dirut. Malik mendekati meja Sandra. Wajahnya merah, matanya menatap
Sandra seperti ingin menelannya sekaligus.
“Puas sekarang, ha? Apa
sih maumu?” tanya Malik sinis.
“Maksudmu?”
“Jangan pura-pura tidak
tahu! Perjodohan itu gagal dan semua itu karenamu!”
“Aku akui, itu semua
salahku. Kenapa selalu saja Rio yang kamu pikirkan?”
“Karena dia sahabatku!”
“Kapan kamu
mempedulikan dirimu sendiri?”
“Jangan mengalihkan pembicaraan! Kamu perempuan cantik
dan berpendidikan. Harusnya kamu bisa mendapatkan lebih dari seorang Rio.
Tinggalkan Rio, aku bisa membantumu melupankannya.”
Malik menunduk menatap
wajah Sandra. Malik mendekatkan bibirnya ke bibir Sandra kemudian mengecup bibirnya sejenak.
“Apa kamu menciumku
demi Rio juga?” tanya Sandra.
Malik sedikit kikuk.
Dia bukan seorang yang pintar berkata-kata.
“Ini karena…, aku
mempedulikanmu.”
“Aku bukan sahabatmu!
Toh kita sering bertengkar, tak perlu kau mempedulikanku!” kata Sandra acuh.
Sandra beranjak dari
kursinya, mengambil tas hendak pergi. Tapi Malik menghentikannya.
“Aku mencintaimu.” kata
Malik lirih.
Sandra menatap Malik
tak percaya.
“Aku serius! Jadi
bagaimana?” ulangnya lagi
Sandra tersenyum
melihat Malik semakin kikuk.
“Kalian belum pulang?”
tanya seorang yang tak lain adalah Dirut mereka.
“Kami masih ada urusan
yang perlu diselesaikan, Pak.” jawab Malik.
“Urusan?” tanya Pak
Dirut menatap Malik kemudian mengalihkannya pada Sandra yang tersenyum tenang.
“Baiklah. Sandra,
jangan lupa ke rumah Ayah jam 8. Mamamu sudah menyiapkan makan malam.” lanjut Pak Dirut kemudian meninggalkan
keduanya.
“Ke rumah Ayah?
Maksudnya apa, Sandra?” tanya Malik tak mengerti.
“Tidak salah kan kalau
perjodohan itu gagal karenaku. Aku memilihmu, Malik.”
Notes : Suka banget bannernya :uhuk , makanya belain ikut :smile