Bismillaahirrahmaanirrahiim....
***
Aku menunduk malu. Pipiku rasanya merah karena Yuki Kun terus saja memandangiku. Aku masih tidak percaya, dia mengajakku makan malam. Masker kopiku semoga saja membuat wajahku semakin cantik.
"Una Cha."
Aku menatapnya dan tersenyum malu.
"Kamu suka ini?"
Aku mengangguk. Bagaimana mungkin aku tidak menyukainya? Duduk berdua dengan Yuki kun menikmati candle light dinner. Wanita mana yang sanggup menolak?
Credit |
"Ini luar biasa. Terima kasih Yuki Kun."
"Sama...,"
"Papa!"
Aku tersentak, Yuki Kun juga sama. Seorang anak laki-laki berlari ke meja kami. Anak Yuki Kun kah?
"Papa! Tiup lilin, Papa! Huh! Huh!"
Anak kecil itu meniup semua lilin di meja kami satu persatu. Aku melongo dibuatnya.
Semua lilin mati. Hanya lampu temaram yang menyinari.
"Lagi-lagi!" rengek anak itu.
Yuki kun segera mengambil pematik api, menyalakan lilin-lin itu lagi.
"Hore!" teriak anak itu.
Anak itu kembali meniup lilin satu persatu.
"Akira! Ya Tuhan! Maafkan anak saya karena mengganggu kalian." kata seseorang menghampiri kami.
Setelah berbasa-basi ria, Akira dan Ayahnya meninggalkan meja kami.
"Una Chan. Kamu mau meniup lilin juga?"
Aku tersenyum, Yuki Kun juga.